Bakal calon Gubernur DKI Jakarta, Ridwan Kamil, berencana membangun perumahan di atas sejumlah pasar dan stasiun yang ada di Jakarta, jika dirinya terpilih pada Pilkada Jakarta 2024. Dibangunya perumahan di atas dua area tersebut, menurutnya akan lebih murah dan dapat memudahkan akses transportasi para penghuninya ke tempat kerja.

“Kita akan coba bangun perumahan di atas pasar, Stasiun Manggarai, Dukuh Atas, Tanah Abang, Juanda dan tanah lahan-lahan bekas kantor pemerintahan yang pindah ke IKN (Ibu Kota Nusantara),” kata Ridwan Kamil di kantor Tim Kampanye Nasional Pemilih Muda (TKN-Fanta), Menteng, Jakarta Pusat.

Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PDIP, Gilbert Simanjuntak, menilai tampaknya Ridwan Kamil belum paham betul kondisi yang ada di Jakarta. Karena menurutnya, persoalan di Jakarta ini rumit dan belum tentu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bisa digunakan untuk membangun keinginan tersebut.

“Karena perumahan sekitar stasiun itu (transit oriented development) bukan hal baru tapi tidak terealisasi dari dulu,” ujar Gilbert kepada Tirto, Rabu (4/9/2024).

Gilbert lantas berkelakar bahwa Jakarta sebenarnya hanya perlu mandor dan kuli untuk menjadi pemimpin. Bukan justru orang-orang yang cuma punya ide dan gagasan atau sekedar kata-kata saja.

“Saya sulit membayangkan bagaimana itu terealisasi,” jelas dia.

Di sisi lain, Anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PKS, Muhammad Taufik Zoelkifli, justru mengatakan ide disampaikan Kang Emil bukan tidak mungkin dapat terealisasikan. Mengingat Jakarta, sendiri sebenarnya sudah memiliki rumah susun (rusun) yang ada di Pasar Rumput.

“Jadi di atas Pasar Rumput itu ada rumah loh, ada apartemen, ada rumah susun di atasnya yang bisa dibeli, bisa disewa mungkin,” jelas Taufik kepada Tirto, Rabu (4/9/2024).

Maka tidak menutup kemungkinan juga, kata Taufik, dengan contoh yang sudah ada seperti rusun di Pasar Rumput, ke depannya akan ada perumahan-perumahan dibangun di kawasan-kawasan stasiun. Mengingat beberapa negara lain juga sudah menggunakan konsep TOD ini.

“Dan memang contoh di luar juga sudah ada. Saya kira ini ide yang cukup bagus, cukup menarik,” kata dia.

Konsep TOD yang diterapkan di Jepang sejak tahun 1972 misalnya, hingga kini dijadikan sebagai acuan dalam pembangunan sarana transportasi dan tata kelola.

Jepang telah menerapkan pembangunan dengan konsep TOD di beberapa kota, tidak hanya di Tokyo, tetapi juga seperti di Nagoya, Fukuoka, dan Kokura di mana semua terminal dan stasiun telah dikembangkan dengan konsep TOD.

Jepang dinilai sebagai negara yang konsisten dan memiliki perencanaan yang berkesinambungan dalam pengembangan TOD.

Di Asia Tenggara sendiri, salah satu contoh negara yang sukses menerapkan konsep kawasan TOD yaitu Singapura. Keberhasilan penerapan konsep kawasan TOD membuat banyak warga Singapura dimanjakan dengan fasilitas dan infrastruktur, terutama transportasi massal yang terintegrasi dengan hunian dan tempat aktivitas sehari-hari.

“Dengan demikian tempat kerja dari seseorang yang tinggal di Jakarta tidak terlalu jauh dari tempat rumahnya. Jadi akan mengurangi kemacetan dari lalu lintas gitu. Dan kemudian juga akan membuat ada waktu-waktu lebih banyak ya,” jelas Taufik.

Menurut Taufik, secara teknis untuk masalah pembangunan penataan tata kota Kang Emil tidak diragukan lagi. Sebagai seorang arsitek, Kang Emil sendiri sudah merancang sejumlah bangunan ikonik di Indonesia dan negara-negara lain.

“Ridwan Kamil kan arsitek ya. Jadi dia mengerti lah secara teknis juga hal tersebut. Dan di luar negeri juga sudah banyak yang seperti itu,” pungkas Taufik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here