Sekretaris Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta Muhammad Taufik Zoelkifli merespons PDIP yang menilai bangunan Jakarta International Stadium (JIS) berkualitas kampungan. Taufik menyindir balik DPRD DKI yang mengawasi pembangunan JIS pada masa itu juga kampungan
“Kalau JIS berkualitas kampungan, pengawas pembangunannya, yaitu DPRD DKI Jakarta, di periode yang bersangkutan juga kampungan,” kata Taufik saat dihubungi, Jumat (30/6/2023).
Taufik menilai renovasi yang dilakukan terhadap JIS saat ini seakan dinilai negatif. Padahal adanya renovasi bukan berarti menandakan bangunan itu gagal. Dia juga menyebut renovasi tidak dilakukan secara besar-besaran
“Tapi sekarang JIS di-framing seakan-akan produk kampungan, produk gagal. Kata ‘renovasi’ berkonotasi bahwa bangunan gagal. Padahal perbaikan yang dilakukan tidak besar. Hanya pintu masuk, akses parkir, dan semacamnya,” ujarnya.
“JakPro, yang ditugaskan membangun JIS, sejak awalnya selalu berkonsultasi dengan DPRD DKI Jakarta, terutama dengan Komisi B. DPRD terus memberikan masukan dan memantau perkembangan pembangunan JIS sampai selesai. Saya juga anggota Komisi B DPRD dan melihat profesionalitas yang sangat tinggi dari anak-anak bangsa yang membangun JIS,” lanjutnya.
Taufik pun mengaku tidak masalah dengan keinginan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadikan JIS sesuai standar agar bisa dipakai untuk venue Piala Dunia U-17. Namun PKS tak setuju jika perbaikan dari kekurangan JIS disebut dengan istilah renovasi.
“Bagus itu kalau JIS diperbaiki kekurangannya untuk dipakai Pildun U-17. Tapi istilahnya saya kira bukan ‘renovasi’ ya, karena secara umum bangunan stadium sudah sangat baik, tidak ada yang perlu diubah. Dari awal sudah dirancang melalui konsultasi FIFA,” katanya.
Taufik juga merespons sorotan terhadap JIS terkait akses masuk dan tempat parkir yang dinilai belum sesuai standar. Taufik berbicara stadion modern berstandar FIFA justru meminimalkan area parkir agar penonton datang menggunakan transportasi umum.
“Yang perlu diperbaiki hanya akses ke JIS dan tempat parkirnya diperluas. Padahal standar FIFA untuk stadion modern justru meminimalkan tempat parkir supaya penonton datang dengan transportasi umum, mengurangi polusi dan kemacetan,” ucapnya.
“Dan setahu saya pintu JIS bukan cuma satu, seperti dikeluhkan Erick Thohir. Mungkin saat itu baru satu yang dibuka, pintu lain bisa segera dibuka,” sambungnya.
Taufik berpesan agar jangan sampai JIS yang sudah dirancang dan dibangun dengan biaya besar menjadi stadion kurang terpakai. Menurutnya, JIS harus menjadi sumber pendapatan (revenue center) bagi Jakarta, bukan menjadi sumber biaya (cost center).
“JIS jangan jadi mubazir. Jakarta sudah punya pengalaman dengan gedung-gedung yang dibangun tapi mubazir karena nggak banyak dipakai. Misalnya velodrom (balap sepeda di Rawamangun) dan Jakarta Equestrian Park (area balap kuda di Pulomas). Jangan mengulang hal yang sama,” ucapnya.