DPRD DKI Jakarta menyoroti empat direksi baru PT Pembangunan Jaya Ancol (PJA) Tbk yang merupakan mantan karyawan dari PT Pembangunan Jaya semua.

Meski keduanya adalah perseroan milik daerah, namun Pemprov DKI Jakarta selaku pemilik saham terbesar harusnya bisa mengatur komposisi Direksi dan Komisaris.

Hal itu dikungkapkan anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Muhammad Taufik Zoelkifli (MTZ).

“Pemilik saham PT Pembangunan Jaya Ancol itu adalah Pemda DKI Jakarta 72 persen, PT Pembangunan Jaya 18 persen dan masyarakat 10 persen. Diatur dalam AD/ART tersebut, bahwa Jaya dan Pemda DKI Jakarta berbagi dalam jabatan-jabatan di Komisaris dan Direksi,” kata MTZ pada Jumat (19/8/2022).

“Setahu saya diatur, bahwa Direksi dan Komisaris Ancol tidak semua didominasi oleh orang Jaya. Tapi dari luar juga atau orang dari Ancol yang memang murni (berkarir) di Ancol,” lanjutnya.

MTZ meyakini, jika Pemprov DKI memikirkan komposisi ini, tentu Ancol akan memikirkan kepentingan warga Jakarta, dan tidak semata-mata bisnis saja.

Apalagi perseroan dibentuk tidak hanya untuk mencari profit saja, tapi mengutamakan pelayanan bagi masyarakat Jakarta.

“Saya melihat susunannya yang sekarang ini dari info yang saya dapat kayaknya kurang baik juga. Mereka (eks) orang Pembangunan Jaya semua, kalau tidak salah seperti itu,” ujar MTZ.

Dia menyarankan kepada Pemprov DKI Jakarta dalam penunjukkan Direksi maupun Komisaris menggunakan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang benar.

Dengan begitu, aset Pemerintah DKI dapat dikelola dengan baik dan memberikan pendapatan asli daerah (PAD) yang besar.

“Misalnya Ancol ini kan destinasi Wisata yang punya aset besar dan kesempatan besar untuk maju menjadi tempat destinasi wisata yang digandrungi oleh orang-orang seluruh Indonesia,” jelas MTZ.

Meski demikian, MTZ berharap perombakan seluruh Direksi ini bisa memberikan kemajuan bagi Ancol.

Apalagi saat pandemi Covid-19 lalu, destinasi wisata ini merugi karena ditutup pemerintah untuk mencegah penularan virus antarpengunjung.

“Dengan penyegaran ini saya harapkan Ancol bisa maju, karena kemarin setelah pandemi ya merugi dan kemudian juga perkembangannya jalan di tempat, padahal potensinya sangat besar,” imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, MTZ juga menanggapi pernyataan Komisaris Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Thomas Lembong soal adanya konflik internal di Ancol.

Konflik ini justru membuat usaha perseroan mandek di tengah jalan, sehingga keuntungan tidak maksimal.

“Kalau menurut Thomas Lembong kan memang ada kekurangan kompakan, perpecahan direksi dan komisarisnya. Sebaiknya memang diganti dengan yang baru, tapi maksud yang baru itu tentunya harus lebih baik yang punya track record (rekam jejak) bagus gitu,” katanya.

Seperti diketahui, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Ancol, Jakarta Utara pada Kamis (18/8/2022).

Pada RUPST tersebut, perseroan memaparkan kinerja tahun buku per 31 Desember 2021 yang membukukan pendapatan kotor sebesar Rp 389.342.000.000 atau turun enam persen dari realisasi Tahun 2020.

Saat itu, perseroan juga mencopot lima direksi yakni Teuku Sahir Syahali (Direktur Utama), Febrina Intan, Wing Antariksa, Budi Santoso dan Suparno.

Jabatan mereka digantikan oleh Winarto (Direktur Utama), Daniel Nainggolan, Eddy Prastiyo dan Cahyo Prakoso.

Teuku Sahir Syahali sendiri setelah menyelesaikan masa baktinya, dan akan diberikan penugasan baru di PT Pembangunan Jaya (salah satu pemegang saham utama perseroan).

Sementara Wing, Suparno, Budi, dan Febby, akan menempuh tahapan karir berikutnya di berbagai sektor seperti BUMD, BUMN, dan swasta.

“Penyegaran manajemen merupakan hal yang umum terjadi dan bagian dari upaya meningkatkan kinerja perusahaan. Ancol akan terus berkomitmen untuk melakukan transformasi guna memberikan pelayanan yang terbaik dan prima bagi seluruh pelanggan di Tanah Air,” kata Thomas.

Berdasarkan situs resmi Ancol, https://korporat.ancol.com/id/news/rups-pt-pembangunan-jaya-ancol-tbk-putuskan-lakukan-penyegaran-manajemen, RUPST itu juga menetapkan mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso sebagai Komisaris PT PJA.

Kehadiran Sutiyoso diharapkan bisa membawa pengalaman yang luas dan perspektif yang luar biasa bagi Ancol.

Sementara itu, untuk sosok Dirut Ancol yang baru yakni Winarto, sebelumnya pernah berkarir di Ancol sekitar 12 tahun. Sedangkan Daniel pernah menjabat Direktur Keuangan Ancol pada tahun 2016-2019.

Seperti Winarto dan Daniel, Eddy juga mempunyai sejarah panjang dengan Ancol dengan telah berkarir selama 20 tahun, di mana jabatan akhirnya merupakan Senior Vice President di PT Pembangunan Jaya Ancol dan Direktur Bisnis dan Operasi PT Taman Impian Jaya Ancol.

Terakhir, Cahyo memulai karir di PT Jaya Real Property Tbk, anak perusahaan PT Pembangunan Jaya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here