Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PKS, Muhammad Taufik Zoelkifli meminta PT Jakarta Propertindo (Jakpro) tak disalahkan atas kejadian robohnya pagar pembatas tribune penonton Jakarta International Stadium (JIS).
Diketahui, pagar pembatas tribune penonton JIS roboh saat grand launchingnya pada Minggu (24/7/2022) lalu.
Imbas kejadian tersebut, berbagai kritik pun terus berdatangan untuk pihak pengelola yakni PT Jakpro. Bahkan pada rapat kerja Komisi B DPRD DKI, PT Jakpro terus dicecar.
“Kita tidak bisa menyalahkan Jakpro sepenuhnya,” katanya saat dihubungi, Kamis (4/8/2022). Adapun dua alasan dibalik pernyataan tersebut. Pertama pembangunan stadion yang masih menjadi tanggung jawab pemborong.
“Pembangunan stadion masih dalam tahap semacam garansi gitu dari pihak pemborongnya. Masih garansi 1 tahun. Pembangunan JIS adalah KSO (Kerjasama Operasi) antara JIS dan pihak pemborong,” ungkapnya.
Kedua, untuk masalah pengelolaan tiket hingga penonton tidak dilimpahkan ke Jakpro Pengelolaan tersebut justru diambil alih oleh Pemda DKi.
“Pengaturan tiket dan pengelolaan penonton saat Grand Launching itu ternyata wewenangnya tidak diberikan ke Jakpro tapi diurus Pemda DKI Jakarta yaitu di BKD (Badan Kerjasama Daerah),” paparnya.
Orang Dalam Ceramahi Direksi Jakpro Soal Pagar JIS Roboh
Jajaran direksi PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dicecar Komisi B DPRD DKI Jakarta soal robohnya pagar pembatas penonton tribun utara Jakarta International Stadium (JIS) saat acara grand launching.
Eks Project Director JIS Iwan Takwin pun membeberkan penyebab robohnya pagar pembatas penonton tersebut.
Ia menyebut, insiden ini terjadi karenanya kurangnya antisipasi dalam proses pembangunan stadion megah yang ada di utara Jakarta ini.
Hal ini diungkapkan Iwan saat mewakili Jakpro yang diundang dalam rapat kerja Komisi B DPRD DKI yang dilaksanakan Selasa (2/8/2022) kemarin.
“Iya kurang terantisipasi. Jadi, kita perlu kolaborasi dengan suporter supaya kita tahu karakternya, teman-teman tahu bagaimana. Jadi kita sama-sama belajar,” ucapnya setelah rapat tersebut.
Akibat kurang berkoodinasi Jakmania, pembangunan JIS pun tak memperhitungkan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan para suporter di Indonesia.
Hal ini yang kemudian menyebabkan pagar pembatas penonton di JIS saat tribun penonton melebihi kapasitas.
“Ya jadi itu salah satunya ya (over capacity). Tetapi itu yang kami maksud pembelajaran bahwa kita orang harus mengantisipasi itu. Besok-besok bisa jadi lebih dari itu, pertandingan yang big match atau apa bisa jadi lebih dari itu,” ujarnya.
Ia pun menyebut ada hikmah dibalik insiden ini sehingga Jakpro bisa berbenah dan langsung memperkuat dinding pembatas penonton.
“Makanya sekarang kami putuskan istilah bahwa bukan hanya diperkuat daerah mana, tetapi kita beton,” tuturnya.
Gerindra Usul DPRD DKI Bentuk Pansus
Sebelumnya, anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Ichwanul Muslimin mengusulkan pembentukan panitia khusus (pansus) untuk Jakarta International Stadium (JIS).
Pasalnya, stadion yang menjadi ikon baru ibu kota itu dinilai punya segudang masalah, mulai dari proses pembangunan hingga pengelolaan.
Hal ini disampaikan Ichwanul dalam rapat kerja Komisi B bersama PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
Dalam rapat tersebut, ia menyoroti robohnya pagar pembatas penonton saat acara grand launching JIS.
Ia pun turut mencecar dan mempertanyakan peran Jakpro selaku pemilik dalam mengawasi kontraktor.
“Dengan anggaran luar biasa besar, Rp4 triliun lebih. Dengan mata telanjang juga sudah bisa lihat. Kemudian pada saat pengerjaan, Jakpro itu kalian di mana? Monitor enggak terhadap vendornya? Konsultan, kontraktor itu dimonitor?,” ucapnya, Selasa (2/8/2022).
Tak hanya itu, ia pun mengaku mendapat laporan soal akses bagi pemain untuk masuk stadion.
Pasalnya, saat soft launching tak ada akses khusus bagi pemain untuk masuk ke dalam stadion berkapasitas 82.000 penonton ini.
“Kan ngaco bus pemain ga bisa masuk sampai atas, jadi atlet harus masuk di pintu atau jalur yang sama dengan penonton atau VIP,” kata dia.
Selain itu, politikus Gerindra ini juga turut menyoroti buruknya pencahayaan di JIS yang buruk sehingga pencahayaan untuk rumput tak bisa optimal.
Hal ini bisa berimbas pada kualitas rumput yang akan cepat rusak bisa tak mendapat penyinaran matahari yang maksimal.
Begitu juga dengan sirkulasi udara yang dinilai sangat buruk sehingga saat penonton memadati stadion tersebut hawa panas sangat terasa.
“Ini saya perlu bertanya, apa tidak dipikirkan dari segi pencahayaan, dari sirkulasi udara itu kalau kita hadir di stadion panasnya luar biasa,” tuturnya.
Terakhir, Ichwanul menyoroti soal pengelolaan JIS, khususnya terkait keamanan dan keselamatan penonton.
Menurutnya, penjagaan saat ticketing yang masih minim menyebabkan jumlah penonton membludak.
Belum lagi tak adanya imbauan bagi masyarakat untuk membawa minuman sendiri sehingga banyak penonton yang mengeluh kehausan saat menyaksikan grand launching JIS.
“Pengelolaan JIS saya rasa memang ini enggak bisa dikelola sendiri. Jadi, kasih saja yang benar-benar kompeten mengelola JIS,” ucapnya.
Oleh karena banyaknya masalah yang dihadapi JIS, Ichwanul pun mengusulkan agar dibentuk pansus JIS.
“Jadi saya rasa, pimpinan, dengan hormat kami usulkan untuk Komisi B mengadakan pansus khusus JIS,” ujarnya.