Formula E

source from google

Apakah Asian Games tahun 2018 di Jakarta menguntungkan secara finansial? Kalau dibandingkan antara uang masuk dari penjualan tiket dan iklan dengan persiapan acara sebesar Asian Games ke 18, tentu merugikan. Untuk menyelenggarakan Asian Games perlu dibuat beberapa arena Olah-Raga lagi selain merenovasi yang sudah ada. Ada pembangunan Velodrome (arena balap sepeda dalam ruangan), Equestrian Park (arena berkuda standar internasional), asrama atlet untuk tempat menginap para atlet mancanegara se benua Asia, dan juga pembangunan sarana transportasi dll. Selain mempercepat pembangunan MRT, saat itu juga dibangun LRT yang jalurnya dari Velodrome Rawamangun ke Kelapa Gading. Pembangunan LRT (Light Rail Transit) sepanjang 5,8 km tsb sempat diributkan karena biayanya Rp 500 M sd Rp 673 M per kilometernya atau Rp 500 juta – 673 juta per meternya!

Tetapi mengapa Asian Games ke 18 tetap dilangsungkan di Jakarta? Jawabannya hampir sama dengan mengapa Olimpiade dilaksanakan di sebuah negara, termasuk yang terakhir di Tokyo. Dan acara-acara olah-raga lain yang berlangsung di beberapa negara seperti World Cup, Copa America, dll. Yaitu karena: ada banyak keuntungan lain yang bukan dari segi finansial saja dari acara-acara tersebut. Misalnya kebanggaan dari bangsa, negara, kota yang menyelenggarakan. Bahkan dari segi makro ekonomi, acara tersebut justru menguntungkan karena pariwisata jadi berkembang, ekonomi masyarakat di wilayah tersebut terbangun, kota / negara tersebut menjadi tujuan untuk MICE (Meeting, Incentive, Conventions, and Exhibition) karena dinilai menjadi daerah yg aman.

Investasi yang sudah dikeluarkan di Jakarta saat Asian Games ke 18 seperti arena-arena Olah-Raga bisa dimanfaatkan dan dikomersilkan setelah acara selesai. Wisma Atlet bisa dijadikan penginapan / hotel. Arena lain bisa digunakan lagi untuk kejuaran tingkat nasional dan tingkat dunia yang lain. Walaupun memang perlu inisiatif dan kreativitas tinggi untuk menjadikan investasi yang sudah dikeluarkan menjadi sumber penghasilan.

Demikianlah sebenarnya skenario dari Formula E di Jakarta bulan Juni 2022 dan juga MotoGP di Mandalika, Lombok, Maret 2022. Penyelenggaraan Formula E di bulan Juni 2022 mungkin akan rugi secara finansial. Menurut hitungan BPK adalah sebesar Rp 106 milliar. Tapi sesungguhnya jika dilihat secara ekonomi makro, Formula E dan MotoGP akan menghasilkan keuntungan. Bahkan tidak seperti Asian Games, yang hanya sekali dilakukan di Jakarta, Formula E akan dilaksanakan setiap tahun dari tahun 2022 sd 2026 (lima tahun). Di tahun 2023 diperkirakan Formula E sudah akan mendapatkan keuntungan finansial, karena di tahun itu sudah tidak perlu banyak menyiapkan bahan-bahan lagi karena sudah ada investasi dari tahun sebelumnya.

Satu lagi, Asian Games adalah kompetisi tingkat Asia multi cabang. Formula E, kompetisi tingkat dunia dan fokus di satu cabang olah-raga yaitu: mobil balap listrik. Gema dari Formula E akan lebih luas sekaligus lebih fokus di satu cabang olah-raga. Dan mobil balap listrik adalah cabor yang sedang berkembang di seluruh dunia. Jika Jakarta, Indonesia ikut andil di awal perkembangannya, maka jejaknya akan lama diperbincangkan dunia.

Intinya adalah: untuk sebuah proyek pembangunan kita harus mengukur SROI (Social Return of Investment) selain ukuran-ukuran yang secara tradisional tercermin dalam laporan keuangan. SROI mengukur dampak kemajuan dalam bidang sosial masyarakat, ekonomi, lingkungan dan lain sebagainya yang bukan melulu keuangan.

Jadi, jika Asian Games bisa kita laksanakan, kenapa Formula E tidak?

“Janganlah kebencianmu pada suatu kaum, menyebabkan kamu tidak berlaku adil.”

 

Jakarta, 27 Agustus 2021

MTZ

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here