Jakarta (7/3). Menindaklanjuti Reses anggota DPRD DKI M. Taufik Zoelkifli di kawasan Pulomas Jakarta Timur pada sabtu (29/2) Waduk Ria Rio mulai dikeruk untuk mengatasi banjir yang kerap terjadi di kawasan tersebut.
Mulai Jum’at kemarin terlihat sudah ada dua beko amphibi yang diturunkan, rencana akan ada delapan beko yang terdiri dari tiga beko amphibi dan lima beko lonk untuk melakukan pengerukan waduk tersebut.
M.Taufik Zoelkifli atau yang biasa disapa MTZ mengatakan, pengerukan dilakukan untuk memperdalam dan mengoptimalkan fungsi waduk dalam menampung dan menyerap luapan air yang membanjiri kawasan seputar pulomas dan kampung pedongkelan.
“Sepekan yang lalu dalam reses yang saya adakan dikawasan ini banyak warga meminta dan berharap kepada saya selaku anggota DPRD DKI untuk secepatnya mendorong dan mendesak normalisasi dengan pengerukan dan pengangkutan sampah kepada Pemda DKI pada Waduk Ria Rio yang berada di kawasan Pulomas ini,” ujar MTZ.
Reses MTZ sepekan lalu ini dihadiri LMK setempat, warga dan Ketua RW di lingkungan Pulomas antara lain Pratisto, Karel, dan Hasanudin. Reses yang menghadirkan Camat Pulogadung Bambang Pangestu, Kasatpel SDA Pulogadung Indra, serta Dirut PT Pulomas Jaya Yudha Ketaren ini juga menjadi sarana warga mengeluhkan dan menyalurkan aspirasinya kepada pihak-pihak terkait yang selama ini terpendam.
MTZ juga mengatakan bahwa pengerukan waduk dan pendalaman bukanlah satu-satunya cara yang dilakukan untuk mengatasi banjir yang sudah empat kali terjadi di tahun ini, tapi ada cara lainya seperti pembersihan gorong-gorong untuk memperlancar jalannya air dan penurapan di beberapa wilayah yang membutuhkan. “Banjir yang terjadi belakangan ini airnya tidak cepat surut, jadi saya coba mencari masalah apa saja yang membuat itu terjadi, salah satunya adalah banyaknya sampah di gorong-gorong perumahan Pulomas”. MTZ menambahkan.
Waduk Ria Rio sendiri adalah waduk yang terletak di daerah Pedongkelan, Pulogadung, Jakarta Timur. Waduk dengan luas 26 hektar ini dibangun pada masa Gubernur Ali Sadikin. Pembangunan dimulai pada 1960, saat PT. Pulomas Jaya membutuhkan tanah urukan untuk membuat lapangan pacuan kuda Pulomas yang tidak jauh dari waduk Ria Rio. Nama Ria Rio didapat dari pemimpin PT. Pulomas Jaya, Rio Tambunan. Sementara kata Ria berasal dari kata riak, yang menggambarkan air waduk yang beriak.
Diakhir keterangannya M.Taufik Zoelkifli meminta kepada dinas SDA (Sumber Daya Air) Jakarta Timur untuk menempatkan alat-alat berat di Waduk Ria Rio untuk melakukan pengerukan sehingga memberikan rasa nyaman kepada warga bahwa pemerintah daerah hadir di tengah warganya dan selalu siaga dalam mengantisipasi banjir di wilayah tersebut.